Konteks global, kemajuan teknologi, informasi dan pengetahuan menjadi hal yang penting. Dengan informasi dan teknologi yang semakin canggih memberikan menampakan bahwa lintas dunia semakin kecil dan makin degragatif, ketika proses penguasaan modal/ kapital dan sumber-sumber kekayaan yang ada hanya milik segelintir orang yang berkuasa atau yang berada dilingkar kuasa. ruang kompetisi kerja makin kuat untuk saling berebut, baik oleh negara sendiri atau oleh modal kapital besar. Kenyataan yang menjelaskan ruang gerak rakyat makin tereksploitasi, terpinggirkan dan objek kuasa.
Paket kebijakan yang mengatur tentang ruang-ruang publik menjadi milik privat (pemilikan secara pribadi) dan investasi (penanaman modal, pengetahuan dan teknologi) dari perusahaan asing/besar (TNCs MNCs). Proses ekploitasi yang berdampak pada tercerabutnya hak dan kedaulatan ekonomi, sosial dan budaya rakyat. Artinya potensi penghidupan dan pengelolaan oleh publik/rakyat untuk bisa berkembang dan menikmati secara lebih adil perlahan-lahan hilang dan diambil alih oleh mereka yang berkuasa dan legal di atur negara.
Dalam ruang penguatan demokrasi dan pemenuhan hak-hak ekonomi, sipil, politik budaya rakyat, kelompok mahasisiwa yang lahir dari gerak pertanggungjawaban dan perjuangan nilai-nilai kerakyatan tentunya harus tetap terlibat dalam sejarah pergerakan nasional, menempatkan kaum muda/mahasiswa pada posisi yang strategis sebagai kelas yang memiliki daya dorong transformasi sosial yang signifikan. Tentunya membaca gerakan kaum muda/mahasiswa kontemporer tak bisa dilepaskan dari historisitasnya. Yaitu membaca sesuai konteks dan berbagai problem yang melingkupi gerakan itu sendiri sedari lahirnya.
Bahwa mahasiswa adalah kelas anak muda yang memiliki peran dan fungsi diantaran sebagai : Pertama, Dicektor of Chage, berperan dalam merancang gagasan/ ide, melaksanakan dan merealisasikan setiap perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam fungsinya sebagai penyambung kepentingan rakyat terhadap kebijakan pemerintah/ negara.
Kedua, Agent of Social Control, dimana mahasiswa memiliki kepekaan, kepedulian dan kontribusi nyata terhadap permasalahan yang dihadapi oleh rakyat disekitarnya. Tentunya ruang yang dibangun berangkat dari basic intelektual yang dimiliki. Asumsinya adalah mendorong perubahan kodisi social rakyat yang tentunya akan berimbas pada perubahan budaya bangsa.
Ketiga, Iron Stok, mahasiswa sebagai kelas anak muda yang mencadi cadangan masa depan yang diharapkan menjadi pengawal, pembuat kebijakan baru yang setia pada garis massa atau kepentingan semua rakyat.
Pergerakan memberi identitas yang jelas dan tegas kalau organisasi kita adalah organisasi gerakan. Pergerakan menjadi penanda perbedaan antara PMII dengan organisasi mahasiswa lain(himpunan, ikatan). Pergerakan mewakili unsur dinamisitas. Dinamis artinya tidak terjebak dalam kekakuan. Dinamis lawan kata dari statis alias jalan ditempat. Dinamisitas berdiri pada dua pijakan yang menjadi ukuran kualitas kedinamisan organisasi. Dinamisitas PMII harus bersifat dialektis dan historis. Dialektis artinya tidak mekanik atau tidak berputar-putar dalam kebingungan. Dialektis berarti PMII sebagai organ gerakan harus berdialektika. Dialektika menjadikan PMII memiliki kecenderungan kuat untuk berdiri dalam gerak yang progresif. Dalam konteks filsafat dialektika adalah sinergis antara tesis dan anti-tesis.
Intelektualitas PMII berpijak pada dua hal, yaitu : realitas dan berpihak. Realitas artinya intelektualitas PMII haruslah radikal dan membumi pada kenyataan-kenyataan yang terjadi(sosial,ekonomi,politik,dll). Ini menjadikan PMII bergerak dalam pijakan yang jelas serta terukur dengan baik. Sebab amatan utuh tentang realitas akan berpengaruh pada simpulan dan pola solusi yang akan dijadikan sebagai pedoman dasar perjuangan. Berpihak artinya intelektualitas yang dibangun PMII menjadikan kader organisasi sebagai kumpulan intelektual pejuang. Berpihak menandakan PMII memiliki ketegasan sikap yang jelas dan tegas serta tidak terjebak dalam situasi mengambang, kompromis, pragmatis, dan oportunistik. Dititik ini kita memiliki pemilahan yang jelas tentang apa yang benar dan salah atau soal apa yang adil dan tidak adil. Berpihak bukan hanya dalam tafsiran dan kata-kata, tapi diterjemahkan secara maksimal melalui tindakan serta perjuangan.
Selain itu, PMII sadar bahwa muatan utama dalam Islam sesungguhnya berbicara soal kesetaraan sosial dan keadilan ekonomi. Karena itu Islam haruslah dihadirkan sebagai élan revolusioner dalam melawan segala bentuk diskriminasi dan penghisapan. Secara historis nabi-nabi dilahirkan dalam konteks penindasan. Islam hadir sebagai energi keagamaan yang liberatif. Sebaliknya Islam tidak boleh menjadi tunggangan atau sekadar alat manipulasi simbolik untuk kepentingan kekuasaan politik dan keuntungan ekonomi.
Dalam konteks ekonomi-politik, PMII sadar aliansi antara kuasa modal berwatak neoliberal dan kuasa Negara berwatak feodal, selalu saja mendesaian penjinakan dan pelemahan energi perlawanan rakyat melalui proyek konflik horizontal bersifat komunal. Sebab jika rakyat yang berbeda suku atau agama saling bertikai, maka solidaritas rakyat melemah dengan sendirinya. Tanpa solidaritas sosial, maka tidak ada persatuan. Tidak ada persatuan maka tidak ada perlawanan rakyat. Dan akhirnya mesin Negara dan modal yang eksploitatif terus bergerak menindas rakyat tanpa halangan. Karena itu, nasionalitas tidak boleh menjadi kelemahan, tapi harus menjadi kekuatan untuk menjamin tegaknya kedaulatan rakyat.
Jadi, PMII adalah pergerakan kaum muda yang memiliki dinamisitas dengan kualitas dialektis dan historis. Memiliki intelektualitas yang kritis pada realitas dan berpihak secara tegas ditingkat praksis. Menjadikan religiusitas Islam untuk mengelola pluralitas dan menggerakkan liberasi sosial. Mendorong nasionalitas sebagai energi solidaritas nasional yang terus bergerak maju menjadi kekuatan perlawanan nasional rakyat merebut kemerdekaan sejati Indonesia. Secara utuh, PMII menggabungkan energi intelektualitas-kritis, Islam liberatif, dan nasionalisme radikal kedalam satu gelombang pergerakan kolektif kaum muda.
Pola yang terbanngun dan diwacanakan oleh PMII bisa dapat masimal ketika ruang geraknya dapat terpusat pada satu wadat kesekretariatan. Hal ini tentunya dapat diharapkan ketika semua pihak dapat membantu PMII Cabang Kabupaten Gorontalo dalam pemenuhan wadah dimaksud yang seyogyanya bisa cepat terrealisasi.